Halaman

Selasa, 20 Desember 2016

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TUGAS 13

Model dan Metode Pembelajaran Seni Budaya (Seni Rupa)

A.  Metode Collective Painting 

 Perbedaaan antara metode kerja kelompok jenis padauan dengan jenis kumpulan adalah jumlah anggota harus genap dan pembagian tugas-tugas anggota kelompoknya.

Pelaksanaan metode ini adalah:
  • Setelah kelompok terbentuk, kertas-kertas kecil yang  ukurannya sama  sesuai dengan banyaknya jumlah anggota kemudian disatukan (direkat sementara dengan solatif);
  • Setelah kertas terbentuk, ketua kelompok membuat rancangan sket sesuai dengan rendana gambar yang disepakati bersama;
  • Kemudiaan kertas yang sudah digambari tersebut dibagikan kembali kepada anggota kelompok untuk dikerjakan berdasarkan tugas masing-masing;
  • Setelah masing-masing anggota menyelesaikan tugasnya, kertas kerja mereka kemudian ketua dan angota kelompok menggabungkan karyanya sesuai dengan  rancangan sket semuala menjadi sebuah gambar yang ukurannya besar;
  • Pada bagian tahap akhir, ketua dan anggota kelompok mengoreksi gambar agar gambar yang dibuat oleh anggota kelompok menjadin satu kesatuan yang utuh baik goresan garis, bentuk, bidang, warna dan sebagainya.
Pada saat anak mengerjakan tugasnya, kita dapat melihat perkembangan sosial setiap anak. Kita dapat mengetahui siapakah anak yang banyak menanam saham pekerjaaanya, ide-idenya, bahkan siapakah anak yang justru mengganggu kelompoknya.


B. Metode Group Work
           
Dalam kegiatan ini para siswa bekerjasama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar besar yang sebelumnya telah dirancang oleh seorang temannya yang bertindak sebagai ketua kelompok sekaligus sebagai desainer. Dalam metode jenis ini jumlah anggota biasa genap atau ganjil.

Pembagian tugas berikutnya adalah sebagai berikut:

  • Setelah siswa terbentuk menjadi sebuah kelompok, anggota kelompok menunjuk salah  seorang anggotanya yang memiliki kemampuan menggambar untuk merandang gambar yang akan dibuat;
  • Setelah sketnya selesai, ketua kelompok bertugas untuk mengatur serta memberikan penjelasan tentang tugas anggota kelompoknya; dan
  • Selama anggota kelompok bekerja ketua tetap mengawasi dan ikut terlibat dalam
  • menyelesaikan tugasnya.


C.  Ekspresi Bebas
Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa.

Agar metode ini tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan :

  • Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya cipta
  •     Tetapkan beberapa pilihan media yang cocok
  •     Jelaskan jenis kertas serta alas an pemilihan kertas tersebut
  •     Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut
Metode ekspresi bebas identik dengan metode ekspresi – kreatif atau metode kerja cipta. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas berekspresi ( free expression ) atas dasar tersebut metode ini sering disebut metode ekspresi – kreatif. Dalam pelaksanaan metode ini, kehadiran guru memiliki peran sangat kecil bahkan hampir tidak diperlukan. Metode hasil kerja cipta dapat di terapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi, mendesain benda – benda kerajinan, menggambar reklame dan sebagainya.



Metode Pembelajaran

 1. Mozaik


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mozaik adalah seni dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna yang disususn dan ditempelkan dengan perakekat (Depdiknas2001).

Pengertian Mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan – kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotng- potong atau sudah dibentuk potongan kemudian disusun dengan , ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kepingan benda- benda itu , antara lain : kepingan pecahan keramik, potongan kaca, potongan kertas , potongan daun, potongan kayu. Untuk membuat garis kontur yang membaasi ruangan atau bidang tidak menggunakan pewarna yang dioleskan, tetapi menggunakan tempelan- tempelan yang berbeda warna. Mozaik pada umumnya masih dianggap seni lukis karna disanmping siftanya yang dua dimensi, masih dibantu dengan gambar pada proses pembuatan polanya walaupun bahannya digunakan kertas, daun, biji- bijian , kepingan kaca, pecahan keramik dll. Mozaik dibuat dari bahan- bahan yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian ditempel pada bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik dapat diwakili ide dahulu, setelah ditentukan idenya kemudian cari bahannya baru menentukan idena karna harus berfikir bagaimana caranya memadukan bahan- bahan yang bermacam- macam menjadi karya.

 2. Montase


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, montase adalah komposisi gambar gambar yang dihasilkan dari percampuran unsur beberapa sumber (Depdiknas 2001).

Karya montase dihasilkan dari mengeposisikan beberapa gambar yang sudah jadi dengan gambar yang sudah jadi lainnya. Gambar rumah dari majalah kemudian dipotong yang hanya diambil Gambar rumahnya saja kemudian ditempelkan pada permukaan alas gambar. Ini merupakan salah satu contoh sederhana dari karya montase.

Montase dua dimensi dianggap seperti karya lukisan karena materialnya terdiri dari gmbar-gambar yang sudah jadi hanya karena dipotong-potong lalu dipadukan sehingga menjadi satu kesatuan karya ilustrasi. Montase disamping dibuat dua dimensi juga tiga dimensi, montase tiga dimensi berbentuk setting.

3. Kolase

Pengertian kolase menurut kamus besar Bahasa Indonesia, komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar (Depdiknas, 2001). Kolase juga merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam- macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya, sehingga menjadi karya seni rupa dua dimensi yang dirangkum, dapat digolongkan / dijadikan bahan kolase. Kolase memiliki unsur- unsur seni rupa lain, yaitu unsur seni lukis dari bentuk dua dimensi yang datar dan menggambarkan suatu bentuk tetapi diwakili oleh benda yang bermacam- macam sebagi pengganti garis, warna dan bidangnya . Garis, warna dan bidang sebagai unsur seni lukis yang kedudukannya diganti oleh barang- barang atau material sebagai unsur kolase. Misalnya dalam ungkapan sebuah kendaraan motor, obat nyamuk bakar menggambarkan roda, bollpoint bekas menggambarkan unsur kendaraanpada bagian sepak bor, batu baterai untuk menggambarkan tanki motor, bola lampu senter sebagai gambaran lampu sepeda motor dan lain- lain. Unsur seni kriya, kolase dalam pembuatannya memerlukan kesabaran yang tinggi dan ketrampilan menyusun, menempel, merangki dan lain sebagainya membutuhkan ketrampilan.

Unsur dekorasi kolase sangat sulit menggambarkan dengan gaya naturalis karna materialnya terdiri dari bahan – bahan yang beraneka dan berbentuk benda utuh, sehingga untuk menggambarkan bentuk elastis naturlis sangat sulit.

4. Merakit

 Membuat karya dengan cara menyambung-nyambung beberapa bagian atau potongan bahan.Caranya disebut merakit,hasilnya disebut rakitan.Potongan bahan disambungkan dengan cara dilas,dipatri,disekrup atau dengan cara yang lain.









5. Meronce

Meronce adalah teknik membuat benda pakai atau benda hias dari bahan manik-manik atau biji-bijian yang dirangkai dengan benang. Ada dua macam manik-manik yang biasa digunakan untuk meronce. Jenis pertama adalah manikmanik yang terbuat dari bahan alam seperti manik-manik batu, kayu, kulit kerang, biji-bijian, dan mutiara. Jenis kedua yaitu manik-manik yang terbuat dari bahan buatan seperti manik-manik kaca, mutiara imitasi, dan manik-manik plastik.

Roncean dari biji-bijian dapat digunakan sebagai perhiasan atau aksesoris, seperti payet dalam busana. Rancean dari kertas berwarna-warni dapat digunakan sebagai hiasan pada jendela rumah.Roncean dari bunga melati dapat digunakan untuk perlengkapan pada aksesoris pengantin atau dalam penyambutan tamu.Roncean dari cangkang kerang / siput dapat digunakan untuk membuat tirai pintu atau jendela.Bahan roncean terbagi menjadi dua bagian yaitu  :
  • Bahan Alam , Bahan dari alam yang dapat dibuat menjadi hiasan dengan teknik meronce, contohnya kulit kerang dan biji-bijian (biji sawo, biji srikaya, biji jarak, biji kapuk randu)
  • Bahan Buatan, Bahan buatan biasanya adalah bahan hasil olahan yang diproduksi dari pabrik dan mudah didapat di toko yang menyediakan benda kerajinan, seperti mote-mote atau manik - manik yang terbuat dari plastik, kaca dan logam. Bahan-bahan ini umumnya lebih awet ketimbang bahan alami dari biji-bijian.

6. Membutsir

 Membutsir adalah membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan cara diremas-remas dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan lembek. Bahan yang biasa digunakan adalah tanah dan plastisin.Selain membutsir dengan tangan yang diremas-remaskan tetapi sering juga menggunakan alat yang disebut sudip.







DAFTAR PUSTAKA

http://theroolfikry.blogspot.co.id/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
https://thefield.asla.org/category/environmental-justice/
http://www.gettyimages.com/detail/video/group-of-children-drawing-in-class-stock-footage/538855798
https://richardnilsen.com/tag/viktor-lowenfeld/
http://senipelepahpisang.blogspot.co.id/
http://agungparamitha.blogspot.co.id/2014_03_01_archive.html
http://liliekriyanto.blogspot.co.id/2011/05/berkreasi-dengan-stik-es-krim.html
http://sdislamthudabumiayu.blogspot.co.id/2011/11/keterampilan-meronce.html
http://www.123rf.com/photo_7667524_2-years-old-child-playing-plasticine-in-children-s-room.html
http://sen1budaya.blogspot.co.id/2013/08/perbedaan-kolase-mozaik-dan-montase.html
http://tiyapoenya.blogspot.co.id/2010/09/pembelajaran-seni-rupa-sd.html


Senin, 19 Desember 2016

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TUGAS 12

Metode Pembelajaran Berkelompok, Kumpulan & Gabungan

(Materi dari Bu Langen)
 

A.  Metode Collective Painting (Kumpulan)

 Perbedaaan antara metode kerja kelompok jenis padauan dengan jenis kumpulan adalah jumlah anggota harus genap dan pembagian tugas-tugas anggota kelompoknya.

Pelaksanaan metode ini adalah:
  • Setelah kelompok terbentuk, kertas-kertas kecil yang  ukurannya sama  sesuai dengan banyaknya jumlah anggota kemudian disatukan (direkat sementara dengan solatif);
  • Setelah kertas terbentuk, ketua kelompok membuat rancangan sket sesuai dengan rendana gambar yang disepakati bersama;
  • Kemudiaan kertas yang sudah digambari tersebut dibagikan kembali kepada anggota kelompok untuk dikerjakan berdasarkan tugas masing-masing;
  • Setelah masing-masing anggota menyelesaikan tugasnya, kertas kerja mereka kemudian ketua dan angota kelompok menggabungkan karyanya sesuai dengan  rancangan sket semuala menjadi sebuah gambar yang ukurannya besar;
  • Pada bagian tahap akhir, ketua dan anggota kelompok mengoreksi gambar agar gambar yang dibuat oleh anggota kelompok menjadin satu kesatuan yang utuh baik goresan garis, bentuk, bidang, warna dan sebagainya.
Pada saat anak mengerjakan tugasnya, kita dapat melihat perkembangan sosial setiap anak. Kita dapat mengetahui siapakah anak yang banyak menanam saham pekerjaaanya, ide-idenya, bahkan siapakah anak yang justru mengganggu kelompoknya.


B. Metode Group Work (Gabungan)
           
Dalam kegiatan ini para siswa bekerjasama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar besar yang sebelumnya telah dirancang oleh seorang temannya yang bertindak sebagai ketua kelompok sekaligus sebagai desainer. Dalam metode jenis ini jumlah anggota biasa genap atau ganjil.

Pembagian tugas berikutnya adalah sebagai berikut:

  • Setelah siswa terbentuk menjadi sebuah kelompok, anggota kelompok menunjuk salah  seorang anggotanya yang memiliki kemampuan menggambar untuk merandang gambar yang akan dibuat;
  • Setelah sketnya selesai, ketua kelompok bertugas untuk mengatur serta memberikan penjelasan tentang tugas anggota kelompoknya; dan
  • Selama anggota kelompok bekerja ketua tetap mengawasi dan ikut terlibat dalam
  • menyelesaikan tugasnya.


DAFTAR PUSTAKA

http://theroolfikry.blogspot.co.id/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
https://thefield.asla.org/category/environmental-justice/
http://www.gettyimages.com/detail/video/group-of-children-drawing-in-class-stock-footage/538855798
https://richardnilsen.com/tag/viktor-lowenfeld/
http://agungparamitha.blogspot.co.id/2014_03_01_archive.html
http://www.123rf.com/photo_7667524_2-years-old-child-playing-plasticine-in-children-s-room.html
http://tiyapoenya.blogspot.co.id/2010/09/pembelajaran-seni-rupa-sd.html


PROFESI PENDIDIKAN TUGAS 12

 METODE PEMBELAJARAN SENI
( EKSPRESI BEBAS )

 Metode Ekspresi Bebas


Dalam jenjang pendidikan dasar, metode ini kadang-kadang disalahartikan menjadi “menggambar bebas”, atau “menggambar sesuka hati”. Guru ada kalanya hanya mengintruksikan kepada anak-anak untuk melakukan aktivitas tanpa arahan dan tuntunan. Akibat yang terjadi adalah unsur ekspresi yang menjadi tuntutan dari metode ini terabaikan karena anak sering menyimpang dari tuntutan menggambar ekspresi. Jika kondisi di atas dibiarkan begitu saja maka dampak yang terjadi anak menjadi jenuh dan segan untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan seni rupa. Corak gambar anak menjadi stereotype (bentuknya “begitu-begitu” saja, tak ada perkembangan). Objek gambar juga tidak banyak bervariasi, pada umumnya berkutat pada “sawah-gunung-matahari”. Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa. Agar metode ekspresi bebas dapat tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan:

a. Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya cipta.
b. Tetapkan beberapa pilihan media/bahan yang cocok, misalnya cat air, oil pastel, tinta bak, cat plakat dan sebagainya.
c. Jelaskan jenis kertas serta alasan pemilihan kertas tersebut.
d. Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut, apakah bentuk sketsa atau berbentuk lukisan

Metode Ekspresi Bebas identik dengan metode Ekspresi-Kreatif (Jefferson, 1980) atau Metode Kerja Cipta (Tambrin, 1991: 46). Jenis metode ini merupakan bentuk lain dari metode menggambar bebas yang disarankan oleh A.J Suharjo. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas berekspresi (free expression). Dengan cara ini guru menjauhkan diri dari campur tangannya terhadap aktivitas yang dilakukan siswanya. Atas dasar tesebut metode ini sering dinamakan Metode Ekspresi-Kreatif.
Proses pelaksanaan metode ini berjalan secara informal dalam dunia persekolahan. Kehadiran guru memiliki peranan sangat kecil bahkan hampir-hampir tidak diperlukan. Kondisi ini sangat berarti bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar, namun bagi siswa yang memiliki motivasi rendah, kondisi ini dapat disalahgunakan untuk bermain-main. Kini mulai banyak dilakukan di sanggar-sanggar melukis. Di sisi lain perlu disadari hakekat pendidikan yaitu “mengubah, membiasakan dan mengarahkan” prilaku anak ke arah yang positif. Untuk itu tentunya dalam sistem pendidikan memerlukan sejumlah piranti yang mengatur kegiatan tersebut. Guru harus senantiasa menegakkan kebebasan yang bertanggung jawab. Metode kerja cipta cipta dapat diterapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi, mendisain benda-benda kerajinan, menggambar reklame dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya sebaiknya siswa ditunjang doleh keterampilan-keterampilan dasar dan menengah, karena keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan lanjut yang matang (complex adaptive skill). Langkah-langkah kegiatan metode kerja cipta sebagai berikut:
a. Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada kedudukan konsep dalam proses kelahiran suatu karya.
b. Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada disain gambar dekorasi, reklame atau barang-barang kerajinan yang akan dibuat.
c. Selam proses percobaan berjalan, guru menganjurkan agar sumbang saran antarsiswa terjadi.
d. Guru memberi sumbang saran, petunjuk dan pengarahan mengenai konsep yang dikemukakannya serta memberi petunjuk dan jalan bagi para siswa yang mengalami hambatan.

e. Selam proses kerja mencipta berlangsung, keterampilan-keteramoilan dasar dan menengah sudah harus betul-betul dikuasai sehingga proses kerja mencipta tidak terdapat hambatan.


SUMBER :

https://eceducationblog.wordpress.com/page/2/
file.upi.edu/.../Metode_pembelajaran_Seni_Rupa.pdf 

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TUGAS 11

PEMIKIRAN LATERAL, KRITIS, KREATIF, REFLEKTIF
 
Dalam buku “Berpikir Lateral” oleh : Edward de Bono, berpikir lateral adalah cara berpikir yang berusaha mencari solusi untuk masalah terselesaikan melalui metode yang tidak umum, atau sebuah cara yang biasanya akan diabaikan oleh pemikiran logis.

Edward De Bono membedakan cara berpikir ini dari berpikir vertikal. Berpikir vertikal adalah cara berpikir yang tradisional atau logis. Berpikir vertikal melihat solusi melalui pandangan yang wajar dari masalah atau situasi dan bekerja melalui itu, umumnya dalam jalur yang paling biasa terpilih (umum). Di sisi lain, berpikir lateral menunjukkan bahwa pemecah masalah dengan cara mengeksplorasi berbagai pendekatan solusi yang menantang, bukan sekedar menerima solusi umum yang tampaknya paling potensial. Dalam hal ini Edward De Bono sendiri tidak bertentangan dengan pemikiran vertikal, ia melihat berpikir lateral sebagai proses yang melengkapi sehingga membuat solusi lain lebih kreatif.

Perbedaan antara berpikir lateral dan berpikir vertikal dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain alternatif (memikirkan banyak cara di luar pendekatan yang jelas), nonsequentiality (melompat keluar dari kerangka referensi atau bekerja dari beberapa titik dan menghubungkan mereka bersama-sama), proses seleksi (berpikir di luar perkembangan logis ke jalur yang mungkin tampak salah) dan perhatian (pergeseran dalam fokus perhatian langsung).

De Bono tidak sendirian dalam menggambarkan berbagai cara berpikir lateral yang kreatif. Teori Gestalt Max Wertheimer yang bermaksud untuk pemain untuk mendapatkan melalui gangguan dengan berbicara pandangan makro masalah. Mirip dengan de Bono, teori Irving Orisinalitas Maltzman seharusnya bahwa orisinalitas seseorang dapat diperkuat melalui latihan dalam membangun hasil yang unik. Perbedaan antara ini adalah bahwa de Bono tidak mencari pandangan makro, tetapi mengintip di masing-masing komponen masalah. De Bono tidak menggali ke dalam namun memicu orisinalitas yang banyak mendorong konstruksi pemikiran baru. Daripada dibangun khusus ke dalam kurikulum, de Bono mendesak agar hal ini harus diajarkan secara eksternal untuk bidang studi umum dalam kognisi umum.

PEMIKIRAN KRITIS

Pemikiran kritis bertujuan untuk mengkaji situasi, fenomena, dan persoalan untuk menghasilkan rumusan yang merangkumi semua maklumat yang ada. Ianya merupakan kemahiran intelektual untuk menilai dan mempertimbangkan sesuatu situasi dan melibatkan kebolehan menganalisis nilai sesuatu. Penerokaan yang berlaku bagi kalangan pemikiran kritis sangat berkaitan dengan pengalaman yang dialami melalui bahan bacaan, pemerhatian, mendengar, dan melihat atau menempuhinya sendiri. Sementara sumber yang diperolehi ini akan diaplikasi pada pelbagai situasi yang sedang dihadapi.

Pemikiran kritis merupakan aspek yang penting dalam menjana ilmu pengetahuan yang baru. Ianya melibatkan pemikiran secara reflektif, produktif dan menilai bukti-bukti untuk memperoleh dapatan yang logik dan tepat. Menurut pendapat John Dewey (1933), beliau mencadangkan idea kepada murid untuk memikirkan secara reflektif. Murid  diberi galakkan untuk memberi jawapan dengan menerangkan secara tepat sementara guru pula memberi galakkan kepada murid untuk bertanya dan bersoal jawab bagi mendapatkan jawapan berdasarkan bukti terhadap maklumat yang disampaikan oleh murid. Sementara itu, Winn (2004) pula berpendapat, cara untuk menggalakkan murid memikirkan secara kritis adalah apabila guru mengemukakan  artikel-artikel yang memaparkan  isu yang boleh didebatkan dengan baik.

Menurut pendapat Nosch (2001) terdapat tiga kaedah yang boleh digunakan  dalam P&P di dalam bilik darjah. Antaranya ialah kaedah bertanya soalan, cuba menjawab soalan dengan memikirkan tentang jawapan, dan percaya penaakulan seseorang. Sementara, Santrock (2004) pula menyatakan ada tujuh cara untuk mengukuhkan pemahaman murid tentang pemikiran kritis. Antaranya ialah, bertanya bukan sahaja apa yang terjadi, tetapi juga ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’, memeriksa fakta-fakta untuk mengenal pasti sama ada wujud bukti untuk menyokongnya, berbincang dengan cara bersebab dan bukan emosi, sedar bahawa kadangkala wujud lebih daripada satu jawapan atau penerangan yang betul. Seterusnya ialah perlu membandingkan jawapan dan soalan antara seorang murid dengan murid yang lain, memilih jawapan yang terbaik, menilai dan bertanya apa yang disebut oleh orang lain daripada menerimanya sebagai sesuatu yang benar secara tergesa-gesa, serta bertanya pelbagai soalan dan cuba berspekulasi lebih lanjut tentang apa yang telah diketahui oleh murid untuk mewujudkan idea-idea dan informasi yang baru.

Pemikiran kritis penting dalam dunia yang mencabar. Murid harus belajar mengaplikasikan pemikiran kritis semasa berhujah tentang apa jua topik perbincangan. Murid harus digalakkan untuk berusaha secara intelektual untuk berfikir dengan cara kompleks. Sementara guru pula harus merangsang keupayaan murid untuk memikirkan masalah dalam konteks pemikiran kritis. Contohnya, dalam P&P berkaitan tanaman hirdoponik, murid yang berfikiran kritis akan bertanya dengan guru bagaimana tanaman ini boleh mendapatkan sumber makanan untuk pertumbuhan dan pembesarannya. Ini kerana jika sebelum ini mereka mempunyai pengetahuan sedia ada bahawa tanaman sayuran hanya ditanam menggunakan tanah tetapi dalam P&P ini guru mengunakan bekas takungan air untuk menanam sayuran. Jadi, seorang guru yang berfikiran kritis perlu memberi jawapan kepada murid supaya murid dapat membuat perbandingan antara tanaman biasa dengan tanaman hidroponik.

Semua pihak perlu berusaha ke arah mencapat matlamat untuk melatih murid menjadi pemikir yang baik. Terdapat pelbagai cara yang boleh digunakan untuk menerapkan pemikiran kritis kepada murid-murid. Antaranya  ialah menggunakan strategi berpusatkan murid. Tujuannya supaya murid dapat membuat penilaian yang bernas dan mencari penyelesaian optimal. Seterusnya ialah menguruskan fakta secara sistematik dan tersusun, menggunakan soalan-soalan yang sesuai dengan tahap kognitif murid supaya murid dapat menilai semua fakta untuk tujuan menyelesaikan masalah.

Selain itu, guru perlu memberi soalan-soalan yang lebih sukar kepada murid yang lebih bijak untuk menggalakkan tahap pemikiran kritikal yang lebih tinggi, menggalak perbincangan dan aktiviti menyelesaikan masalah dalam bilik darjah, dan memastikan murid-murid memahami penaakulan yang digunakan, serta menggalakkan murid-murid membuat perbandingan isi jawapan yang diberikan oleh rakan sebaya sama ada baik atau lemah. Disamping itu, guru-guru juga perlu menggalakkan murid-murid untuk melihat perspektif yang berbeza-beza dan memastikan murid-murid membuat pertalian yang signifikan serta mengaplikasikan pengetahuan yang dipelajari di dalam dunia sebenar.

Kesimpulannya, guru-guru juga perlu mengunakan beberapa strategi untuk meningkatkan pemikiran kritis di kalangan murid. Antaranya ialah guru berperanan untuk membantu dalam mengkonstruk pemikiran muridnya sendiri. Guru perlu menilai soalan-soalan murid dengan serius, mendapatkan pandangan, penerangan, dan keinginan atau minat murid dengan tekun untuk membantu menganalisis situasi-situasi pembelajaran yang mencabar. Guru juga harus menganalisis strategi mengajar iaitu mengemukakan soalan-soalan berdasarkan pemikiran dalam pembelajaran. Ianya dapat membantu murid memahami dengan lebih mendalam topik yang dibincangkan. Seterusnya ialah guru juga perlu menyediakan model peranan yang positif. Guru perlu menjemput tokoh-tokoh model yang boleh berkongsi pengalaman sebenar mereka supaya murid dapat berinteraksi dengan idea-idea sebagai maklumat primer dalam mengatur strategi pemikiran pembelajaran yang efektif dan dan berkesan. Justeru itu, pemikiran kritis melibatkan kebolehan menganalisi nilai sesuatu. Oleh itu, seseorang perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang sesuatu perkara yang tertentu. Bagi membuat sesuatu kritikan, seseorang itu perlu berfikir secara teliti, mengumpulkan maklumat, membuat pengamatan yang tajam, berfikiran terbuka, tidak bersikap berat sebelah, cekap menganalisis dan menyimpulkan rumusan.

PEMIKIRAN KREATIF



Pemikiran kreatif didefinisikan sebagai operasi berfikir yang dapat mengembangkan idea atau mencipta idea, hasil, metafora, analogi dan definisi, ataupun mereka-cipta sesuatu yang baru. Ianya merupakan satu jenis pemikiran di mana seseorang dapat memikirkan pelbagai idea baru yang belum difikirkan oleh orang lain untuk menyelesaikan sesuatu masalah. Seorang guru perlu cekap dalam menjana pemikiran kreatif di kalangan murid-muridnya. Contohnya, guru perlu memberikan peneguhan positif dalam bentuk ganjaran dan hadiah apabila murid-murid dapat melahirkan idea-idea yang kreatif dan unik.

Pemikiran kreatif terbahagi kepada beberapa ciri. Dalam pemikiran kreatif, keberanian adalah diperlukan untuk menjana idea yang baru dan pelbagai tanpa dikongkong oleh idea-idea yang lama.  Oleh itu, seseorang yang berfikiran kreatif, akan berfikir secara terbuka, sanggup menerima risiko, dan kritikan daripada orang lain dalam membuat keputusan menyelesaikan sesuatu masalah.  Kedua, pemikiran kreatif juga mengandungi ciri imaginasi yang mencapah serta kemahiran sintesis untuk mencantum idea-idea yang sedia ada bagi menghasilkan idea-idea yang baru. Ketiga ialah mengandungi ciri perkembangan idea. Melalui pemikiran kreatif pelbagai alternatif idea yang baru dapat disediakan dalam membuat penyelesaian masalah. Seterusnya ialah pemikiran kreatif yang mengandungi ciri reka cipta.  Reka cipta yang dihasilkan adalah berasaskan kemahiran sintesis untuk menghasilkan idea yang baru. Selain itu, pemikiran kreatif juga menjadikan seseorang itu mampu mengandaikan sesuatu di luar jangkaan orang lain, berfikiran secara autonomi, memiliki daya fokus yang tinggi dan berterusan, pelbagai dan dinamik, holistik, dan kaya dengan idea baru.

Teknik yang boleh digunakan untuk merangsang pemikiran kreatif ialah menggalakkan pemikiran kreatif secara individu dan kumpulan. Guru perlu mewujudkan situasi yang membolehkan murid-murid menyatakan idea-idea kreatif melalui teknik sumbangsaran. Teknik ini sesuai untuk mendapatkan pandangan dan pendapat yang bernas tanpa mengkritik idea-idea daripada rakan sebaya semasa perbincangan. Teknik sumbangsaran juga dapat membina semangat berpasukan yang kuat di kalangan murid. Strategi kreatif yang baik dapat dihasilkan melalui kewujudan idea-idea yang banyak disamping persekitaran yang dapat membantu melahirkan keinginan secara semulajadi melalui aktiviti berkumpulan dan latihan yang disediakan oleh guru. Contohnya ialah berpandukan video sekumpulan semut yang saya perolehi melalui sumber internet, ingin menyeberangi sungai dari dua bukit yang tinggi tetapi menghadapi masalah apabila dahan pokok yang hendak digunakan untuk menyeberang jalan tersebut telah patah. Oleh itu, ketua kumpulan semut ini berbincang secara sumbangsaran untuk menyelesaikan masalah mereka itu. Kesimpulan yang boleh diambil daripada petikan video ini ialah guru dan murid boleh menggunakan kaedah sumbangsaran dan bekerjasama dalam mencari idea mengunakan pengetahuan dan pengalaman sedia ada untuk menyelesaikan masalah,

PEMIKIRAN REFLEKTIF

Pemikiran reflektif adalah satu cara pemikiran untuk menyelesaikan sesuatu masalah secara peringkat, kritis, kreatif, imbas kembali pengalaman yang berkaitan dan penilaian terhadap kemungkinan penyelesaian atau refleksi. Menurut pendapat  Birchall (1992), pemikiran reflektif memerlukan penggunaan pengalaman sedia ada untuk menimbangkan kemungkinan tindakan alternatif yang boleh digunakan untuk mencapai objektif penyelesaian masalah serta menetapkan keputusan bagi tindakan yang seterusnya. Sementara itu, Wilson J & Wing Jan L (1993) pula, menyatakan pemikiran reflektif berhubung rapat dengan aspek-aspek pemikiran yang lain iaitu pemikiran kritis dan kreatif yang digunakan sebagai pendekatan penyelesaian masalah.

Komponen dan proses pemikiran reflektif yang boleh digunakan dalam menyelesaikan sesuatu masalah ialah melalui beberapa peringkat. Antaranya ialah peringkat membaca dan mentafsir maklumat dengan cara memahami masalah melalui pemikiran kognitif. Seterusnya ialah proses menentu dan menyusun maklumat dengan cara memproses dan menganalisis data dengan pemikiran secara kritis. Kemudiannya ialah mencari hubungan masalah dengan cara mengingat kembali perhubungan pengalaman-pengalaman yang sedia ada dengan penyelesaian masalah melalui cadangan hipotesis. Semasa membuat cadangan hipotesis, pemikiran kritis dan kreatif digunakan untuk mencari idea yang baru berpandukan pemikiran sedia ada dan mencari pelbagai kemungkinan penyelesaian bagi masalah tersebut.  Kemungkinan-kemungkinan ini hendaklah dinilai menggunakan pemikiran refleksi untuk membuat keputusan atau menetapkan sesuatu tindakan.

Cara-cara yang boleh digunakan untuk meningkatkan pemikiran reflektif ialah memperkenalkan masalah secara terbuka. Guru boleh mengemukakan sesuatu topik pengajaran di dalam bilik darjah untuk dikenalpasti punca sesuatu masalah. Contohnya, isu berkenaan masalah jerebu, murid-murid boleh membuat aktiviti sumbangsaran bagi membincangkan masalah ini. Peranan guru ialah membimbing murid untuk berfikir secara kritis, menganalisis dan mantafsir data berkaitan  punca masalah jerebu dan cara-cara untuk mengatasi masalah ini. Murid-murid  boleh mengunakan pengalaman mereka dalam membentuk hipotesis serta menghasilkan pelbagai kemungkinan penyelesaian yang wajar dalam mengatasi masalah ini. Guru juga boleh mengunakan teknik penyoalan untuk meningkatkan daya pemikiran reflektif murid berhubung sesuatu isu atau topik yang dibincangkan.

Selain itu, terdapat lima strategi yang telah dibuat oleh Beyer (1987) untuk meningkatkan pemikiran reflektif. Antaranya ialah penggunaan log pembelajaran individu untuk merekod maklum balas pembelajaran murid dalam bilik darjah, log “double entry” untuk merekod fakta pelajaran yang mengandungi soalan-soalan murid dan refleksinya, serta log pembelajaran dialog yang digunakan untuk membuat catatan refleksi di antara dua orang atau lebih. Log ini berkaitan maklum balas pembelajaran antara guru dan murid.
Seterusnya ialah pemetaan konsep yang melibatkan penggunaan peta minda dan pengurusan grafik. Murid-murid boleh menggunakan kaedah ini untuk membuat catatan tentang sesuatu topik pembelajaran bagi memudahkannya untuk mengimbas kembali topik pembelajaran lepas. Malah kaedah seperti peta minda ini juga dapat membantu murid untuk mengingat sesuatu fakta dan menarik minat murid melalui kreativiti yang dihasilkan. Selain itu, pembelajaran rundingan juga dapat meningkatkan pemikiran reflektif murid. Ianya melibatkan aktiviti pembelajaran yang memerlukan penggunaan refleksi kendiri dan pemikiran refleksi dalam proses perbincangan, penilaian dan membuat keputusan.  Disamping itu, jurnal reflektif juga dapat meningkatkan pemikiran murid melalui catatan tentang sesuatu peristiwa dan masalah yang dihadapi. Guru boleh membuat refleksi, menilai serta menggunakan jurnal ini untuk mengambil tindakan susulan bagi mengatasi sesuatu masalah pengajaran dan pembelajaran.
Kesimpulannya, pemikiran reflektif ini boleh dilihat melalui video yang diambil dari internet berkaitan bentuk asas reka bentuk. Berdasarkan video ini, murid ini mengunakan konsep nyanyian boria bagi memudahkannya untuk mengingat jenis dan ciri-ciri bentuk asas reka bentuk. Ini menunjukkan bahawa murid mengunakan pengetahuan dan pengalaman sedia ada untuk mengaplikasi bentuk pembelajaran yang dapat membantu dan memudahkannya lebih faham tentang bentuk dua dan tiga dimensi dalam kemahiran hidup.
Secara keseluruhanya, saya dapati bahawa jenis-jenis pemikiran yang saya bincangkan ini saling berkaitan cuma kaedah dan cara pengunaannya untuk menyelesaikan masalah adalah berbeza. Dalam pengajaran dan pembelajaran, guru harus bijak dalam mengunakan cara pemikiran untuk menghasilkan pengajaran yang berkesan. Guru-guru harus berfikir secara kritis dan kreatif bagi mengembangkan bakat murid secara holistik ke tahap yang maksima merangkumi semua aspek dan membina potensi individu. Selain itu, persekitaran yang selesa dan kondusif juga akan membantu murid untuk menjana idea kritis, dan kreatif. Malah penggunaan pemikiran dan amalan refleksi dalam pengajaran dan pembelajaran dapat mempertingkatkan kemahiran seseorang guru  dalam menangani permasalahan murid dan penyelesaian sesuatu masalah dalam bidang pendidikan.

www.edwarddebonofoundation.com
dkv.binus.ac.id/2012/05/16/berpikir-lateral-edward-de-bono/

http://propaganda-amorfati.blogspot.co.id/2012/02/berfikir-lateral.htmlpropaganda-amorfati.blogspot.co.id/2012/02/berfikir-lateral.html#!

TELAAH KURIKULUM TUGAS 11

SILABUS 

PEMETAAN SK- KD SMK NEGERI 1 SUKASADA

Standar kompetensi
Kompetensi dasar
Tingkat ranah KD
Indikator pencapaian kompetensi
Tingkat ranah IPK
Materi pokok
Ruang lingkup
Alokasi waktu
1.      Mewarna pada kain dan serat
1.1.           Menjelaskan cara  pewarnaan kain dan serat
C2
·         Mendiskripsikan jenis kain dan serat
·         Alat-alat yang diperlukan dalam pewarnaan kain dan serat
·         Jenis-jenis bahan pewarna untuk mewarna kain dan serat
·         Proses kerja mewarna kain dan serat
C2
P2
C1
P2
1.1.Menjelaskan cara  pewarnaan kain dan serat
Pewarna, kain, dan serat
1.2.            Mengidentifikasi kain dan serat
C1
·         Kain dan serat alami
·         Kain dan serat sintetis
P1
P1
1.2.  Mengidentifikasi kain dan serat
1.3.  Mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
C3
·         Pengertian zat pewarna alami
·         Alat dan bahan untuk mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
·         Langkah kerja mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
C1
P2
C1
1.3.  Mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
1.4.  Mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
C3
·         Pengertian zat pewarna sintetis
·         Alat dan bahan untuk mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
·        Langkah kerja mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
C1
P2
C1
1.4. Mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis




SILABUS
Nama Sekolah    
Mata Pelajaran                :Membuat  kria tekstil dengan teknik ikat celup
Kelas/Semester                  Standar Kompetensi          Kode Kompetensi              Alokasi waktu                                       
:SMK Negeri  1 Sukasada
: Kompetensi kejuruan
: X / 2
: Mewarna pada kain dan serat
:  086
: 47 x 45 menit


KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI WAKTU
SUMBER BELAJAR
TM
PS
PI
Menjelaskan cara  pewarnaan kain dan serat
Mendiskripsikan jenis kain dan serat
Alat-alat yang diperlukan dalam pewarnaan kain dan serat
Jenis-jenis bahan pewarna untuk mewarna kain dan serat
Proses kerja mewarna kain dan serat
Jenis-jenis kain dan serat
Alat-alat yang diperlukan dalam pewarnaan kain dan serat
Jenis-jenis bahan pewarna untuk mewarna kain dan serat
Proses kerja mewarna kain dan serat
Menjelaskan  jenis-jenis kain dan serat
Menjelaskan alat –alat yang diperlukan dalam pewarnaan kain dan serat
Menjelaskan  jenis-jenis bahan pewarna untuk mewarna kain dan serat
Menjelaskan proses kerja mewarna kain dan serat
Tes tertulis
  4
-
Buku “ Desain Kerajinan Tekstil” , Wiyoso Yudoseputro,Drs. dkk, Depdikbud , 1995
: Buku “ Kriya TekstilUntuk Sekolah Menengah Kejuruan” , Budiyono,dkk, Depdiknas,2008
.Mengidentifikasi kain dan serat
Kain dan serat alami
Kain dan serat sintetis
Jenis-jenis kain yang berasal dari serat alami
Jenis-jenis kain yang berasal dari serat sintetis
Menjelaskan jenis-jenis kain yang berasal dari serat alami
Menjelaskan jenis-jenis kain yang berasal dari serat sintetis
   2
   1
 (2)
Mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
-  Pengertian zat pewarna alami
-  Alat dan bahan untuk mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
-  Langkah kerja mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
-  Pengertian zat pewarna alami
-  Alat dan bahan untuk mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
-  Lankah kerja mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
-  Menjelaskan pengertian zat pewarna alami
-  Menjelaskan alat dan bahan untuk mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami
-  Mewarna kain dan serat dengan zat pewarna alami sesuai dengan prosedur kerja
   2
  9
 18)
4
Mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
-  Pengertian zat pewarna sintetis
-  Alat dan bahan untuk mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
-  Langkah kerja mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
-   
-  Pengertian zat pewarna sintetis
-  Alat dan bahan untuk mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
-  Lankah kerja mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
-  Menjelaskan pengertian zat pewarna sintetis
-  Menjelaskan alat dan bahan untuk mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis
-  Mewarna kain dan serat dengan zat pewarna sintetis sesuai dengan prosedur kerja
  1
   9
(18)
4












Keterangan :
TM         : Tatap Muka
PS           : Praktik di Sekolah (2 jam praktik di sekolah setara dengan 1 jam tatap muka)
PI            : Praktik di Industri (4 jam praktik di DU/DI setara dengan 1 jam tatap muka)