Halaman

Senin, 19 Desember 2016

PROFESI PENDIDIKAN TUGAS 12

 METODE PEMBELAJARAN SENI
( EKSPRESI BEBAS )

 Metode Ekspresi Bebas


Dalam jenjang pendidikan dasar, metode ini kadang-kadang disalahartikan menjadi “menggambar bebas”, atau “menggambar sesuka hati”. Guru ada kalanya hanya mengintruksikan kepada anak-anak untuk melakukan aktivitas tanpa arahan dan tuntunan. Akibat yang terjadi adalah unsur ekspresi yang menjadi tuntutan dari metode ini terabaikan karena anak sering menyimpang dari tuntutan menggambar ekspresi. Jika kondisi di atas dibiarkan begitu saja maka dampak yang terjadi anak menjadi jenuh dan segan untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan seni rupa. Corak gambar anak menjadi stereotype (bentuknya “begitu-begitu” saja, tak ada perkembangan). Objek gambar juga tidak banyak bervariasi, pada umumnya berkutat pada “sawah-gunung-matahari”. Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa. Agar metode ekspresi bebas dapat tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan:

a. Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya cipta.
b. Tetapkan beberapa pilihan media/bahan yang cocok, misalnya cat air, oil pastel, tinta bak, cat plakat dan sebagainya.
c. Jelaskan jenis kertas serta alasan pemilihan kertas tersebut.
d. Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut, apakah bentuk sketsa atau berbentuk lukisan

Metode Ekspresi Bebas identik dengan metode Ekspresi-Kreatif (Jefferson, 1980) atau Metode Kerja Cipta (Tambrin, 1991: 46). Jenis metode ini merupakan bentuk lain dari metode menggambar bebas yang disarankan oleh A.J Suharjo. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas berekspresi (free expression). Dengan cara ini guru menjauhkan diri dari campur tangannya terhadap aktivitas yang dilakukan siswanya. Atas dasar tesebut metode ini sering dinamakan Metode Ekspresi-Kreatif.
Proses pelaksanaan metode ini berjalan secara informal dalam dunia persekolahan. Kehadiran guru memiliki peranan sangat kecil bahkan hampir-hampir tidak diperlukan. Kondisi ini sangat berarti bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar, namun bagi siswa yang memiliki motivasi rendah, kondisi ini dapat disalahgunakan untuk bermain-main. Kini mulai banyak dilakukan di sanggar-sanggar melukis. Di sisi lain perlu disadari hakekat pendidikan yaitu “mengubah, membiasakan dan mengarahkan” prilaku anak ke arah yang positif. Untuk itu tentunya dalam sistem pendidikan memerlukan sejumlah piranti yang mengatur kegiatan tersebut. Guru harus senantiasa menegakkan kebebasan yang bertanggung jawab. Metode kerja cipta cipta dapat diterapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi, mendisain benda-benda kerajinan, menggambar reklame dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya sebaiknya siswa ditunjang doleh keterampilan-keterampilan dasar dan menengah, karena keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan lanjut yang matang (complex adaptive skill). Langkah-langkah kegiatan metode kerja cipta sebagai berikut:
a. Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada kedudukan konsep dalam proses kelahiran suatu karya.
b. Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada disain gambar dekorasi, reklame atau barang-barang kerajinan yang akan dibuat.
c. Selam proses percobaan berjalan, guru menganjurkan agar sumbang saran antarsiswa terjadi.
d. Guru memberi sumbang saran, petunjuk dan pengarahan mengenai konsep yang dikemukakannya serta memberi petunjuk dan jalan bagi para siswa yang mengalami hambatan.

e. Selam proses kerja mencipta berlangsung, keterampilan-keteramoilan dasar dan menengah sudah harus betul-betul dikuasai sehingga proses kerja mencipta tidak terdapat hambatan.


SUMBER :

https://eceducationblog.wordpress.com/page/2/
file.upi.edu/.../Metode_pembelajaran_Seni_Rupa.pdf 

Tidak ada komentar: