Halaman

Minggu, 24 Juni 2012

DESA ADAT UBUD


Desa Ubud adalah desa tradisional yang membawahi 13 Banjar (semacam dusun) dan enam kelurahan, berlokasi di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, berjarak sekitar 20 KM dari Denpasar, yang dapat pula ditempuh dari Kota Gianyar. Ubud terletak di dataran tinggi sekitar 300 meter dari permukaan laut. Cuaca di Ubud sangat bersahabat dibandingkan dengan tempat lain di Bali, cuacanya relatif sejuk sangat ideal bagi siapa saja untuk menginap di tempat yang indah ini. Desa nan cantik ini didiami oleh masyarakat yang umumnya memeluk agama Hindu, yang senantiasa melestarikan alam secara santun, hingga tempat ini kerap dikunjungi banyak wisatawan atau masyarakat atau para sineeas guna menemukan ide.


Kelahiran Desa Ubud

Desa Ubud yang dikenal juga sebagai desa budaya, dimana kita dengan mudah menemukan masyarakat setempat yang memelihara adat-istiadat dari upacara keagamaan hingga pementasan tarian tradisional. Desa ini begitu kaya akan budaya dengan sejarah warisan para maestro, seperti I Gusti Nyoman Lempad (1862 - 1978), Anak Agung Gede Sobrat (1919 - 1992), I Gusti Made Deblog (1910 - 1968), dan dilanjutnya generasi setelahnya seperti: I Gusti Ketut Kobot, Ida Bagus Made, Dewa Putu Bedil, Ida Bagus Rai dan lainnya.
Ketenaran para seniman di atas akhirnya memberikan inspirasi pada banyak seniman barat untuk tinggal di Bali, khususnya Ubud. Pada tahun 1920-an, dua orang seniman Eropa yang bernama Rudolf Bonnet dari Belanda dan Walter Spies dari Jerman menorehkan sejarah baru akan tumbuhnya lukisan yang artistik di desa-desa di Ubud. Lalu seniman Eropa tersebut memperkenalkan teknik estetik Eropa khususnya area pencahayaan, bayangan, perspektif dan anatomi. Semua seniman lokal menyerap teknik-teknik baru tersebut yang cocok dengan nilai dan berdasar pada pemahaman setempat namun tetap mengambil unsur tradisional yang dapat memberi ciri yang unik dengan nama Ubud.
Desa Ubud makin dikenal sebagai tempat lahirnya semua pelukis karena adanya kerjasama antara Tjokorda Gede Agung Sukawati dan Rudolf Bonnet untuk membetuk Pita Maha, yang merepresentasikan tempat untuk berembug perkembangan seni dan masalah-masalah seputar lukisan, serta pula saling bertukar pikiran dan memperkenalkan karya seni yang mereka miliki. Baru-baru ini seorang aktris, Julia Robert shooting film EAT, PRAY, LOVE di daerah Ubud.

Tempat yang Menarik dikunjungi

Tidak lengkap rasanya jalan-jalan ke Ubud jika tidak mengunjungi Puri Saren (Puri Ubud) dan pasar tradisional, karena keduanya merupakan ruh dan ciri khas dari Ubud itu sendiri. Purinya sangat menawan dengan bangunan tradisional yang cantik, yang terisi dengan benda-benda berestetika tinggi. Puri ini berhawa sejuk menyegarkan dan memberi rasa tenang bagi semua pengunjung. Beberapa maestro pelukis dari Eropa yang tinggal di Bali antara lain: Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smith, Antonio Blanco, Hans Snell dan lainnya. Para maestro tersebut secara tidak langsung turut mengangkat citra pariwisata Bali melalui karya-karyanya yang bertema budaya dan alam Bali. Ida Tjokorda Agung Sukawati menyediakan purinya sebagai tempat tinggal bagi para tamu istimewanya tersebut.

Perkembangan Ubud

Pada tahun 1928 Tjampuhan Hotel didirikan, lalu pada tahun 1934 hotel ini dibuka sebagai tempat tinggal para tamu raja dan juga dipakai sebagai pusat kegiatan organisasi Pita Maha. Tjampuhan Hotel adalah hotel tertua di Bali yang tetap mempertahankan style tradisional. Dalam perkembangan selanjutnya, Ubud menjelma menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Gianyar yang memiliki cita rasa nan unik.

Pasar Tradisional Ubud

Selamat datang di pasar tradisional Ubud, yang tidak berbeda dengan pasar lain di perkotaan. Pasar tradisional Ubud sebagai denyut nadi ekonomi masyarakat, berada di seberang Puri Ubud. Pasar yang membentang dari barat ke arah timur terbagi menjadi dua bagian dengan fungsi yang berbeda. Blok barat untuk pasar seni tradisional, buka setiap hari dari pukul 08:00 pagi hingga pukul 06:00 sore waktu setempat, bahkan beberapa buka sampai larut malam, lalutimur untuk barang kebutuhan sehari-hari, yang buka dari pukul 06:00 pagi, bahkan 04:00 subuh.

Pasar Ubud sebagai Pusat Pasar Seni di Bali

Barang-barang kerajinan yang dijual di pasar seni ini terdiri dari berbagai jenis, dari kerajinan tradisional hingga kontemporer dengan harga yang bersahabat. Anda bisa bertransaksi langsung dengan pedagangnya yang harganya bisa ditawar. Anda bebas memborong di sini macam sandal, patung kayu, tas pakaian, tikar, lukisan dan banyak lagi.

Puri Ubud / Puri Saren

Ubud_PuriSaren_Head
Ubud_PuriSaren_01Puri Saren Ubud (Puri Ubud) adalah istana kerajaan Ubud dengan rumah-rumah tradisional Bali nan aduhai sebagai tempat tinggal Raja Ubud. Terletak di pusat Ubud, dibangun oleh Ida Tjokorda Putu Kandel yang memerintah pada tahun 1800 - 1823. Istana ini seolah berada di pusat kehidupan kultur nan artistik, sementara pasar tradisional adalah simbol ekonomi masyarakat setempat. Keberadaan Puri Saren sebagai istana dilengkapi dengan Wantilan (semacam Pendopo), yakni bangunan luas sebagai ruang pertemuan pohon beringin sebagai tempat bernaung di terik siang. Pasar tradisional adalah pusat perekonomian masyarakat, yang keberadaannya selalu berbatasan dengan puri sebagai denyut nadi seni budaya. Ini berarti bahwa kedua pertemuan kutub menjelaskan dinamika masyarakat dan kehidupan bangsawan.
Ubud_PuriSaren_02 Ubud_PuriSaren_04

Puri Lukisan

Museum Lukisan terletak sekitar 200 meter dari Puri Saren dan hanya terpisah oleh lembah kecil, sehamparan dataran luas dengan pemandangan nan indah. Terletak di tempat yang hening dan tenang di Ubud sehingga tempat ini layak dikunjungi untuk melihat dan menikmati karya seni dari para maestro seperti I Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Nyana, Anak Agung Gede Sobrat, I Gusti Made Deblog, Rudolf Bonnet, Walter Spies, dan banyak lagi.
Museum ini diresmikan pada tahun 1956 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Bapak Muhammad Yamin. Musim ini terdiri dari tiga bangunan khusus dalam bentuk-U. Di tengah museum ini, terdapat halaman dan kolam ikan dengan bunga teratai nan cantik. Bangunan pertama adalah tempat untuk pameran tetap puppets dressy or puppets style painting. Bangunan berisi lukisan I Gusti Nyoman Lempad dan penjelasan tentang keberadaan organisasi Pita Maha. Bangunan kedua juga merupakan tempat pameran tetap atau dari karya-karya besar para seniman tentang Balinese modern dressy style. Bangunan ketiga digunaan sebagai gedung pameran.

Museum-museum Lukisan yang Lain

Hanya ada satu museum lukisan di Desa Ubud, yakni Puri Lukisan. Namun di Kecamatan Ubud hingga tahun 2003 telah dibangun 4 museum lukisan baru, yakni: Puri Lukisan Museum, Neka Museum, Arma Museum, dan Rudana Museum.

Saya juga ikut melestarikan seni di ubud, ehheheh ini sedikit karya saya, meskipun kurang memuaskan..
hehehheheh..











                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment gak bayar kok