Desa
Ubud adalah desa tradisional yang membawahi 13 Banjar (semacam dusun)
dan enam kelurahan, berlokasi di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar,
berjarak sekitar 20 KM dari Denpasar, yang dapat pula ditempuh dari Kota
Gianyar. Ubud terletak di dataran tinggi sekitar 300 meter dari
permukaan laut. Cuaca di Ubud sangat bersahabat dibandingkan dengan
tempat lain di Bali, cuacanya relatif sejuk sangat ideal bagi siapa saja
untuk menginap di tempat yang indah ini. Desa nan cantik ini didiami
oleh masyarakat yang umumnya memeluk agama Hindu, yang senantiasa
melestarikan alam secara santun, hingga tempat ini kerap dikunjungi
banyak wisatawan atau masyarakat atau para sineeas guna menemukan ide.
Kelahiran Desa Ubud
Desa
Ubud yang dikenal juga sebagai desa budaya, dimana kita dengan mudah
menemukan masyarakat setempat yang memelihara adat-istiadat dari upacara
keagamaan hingga pementasan tarian tradisional. Desa ini begitu kaya
akan budaya dengan sejarah warisan para maestro, seperti I Gusti Nyoman
Lempad (1862 - 1978), Anak Agung Gede Sobrat (1919 - 1992), I Gusti Made
Deblog (1910 - 1968), dan dilanjutnya generasi setelahnya seperti: I
Gusti Ketut Kobot, Ida Bagus Made, Dewa Putu Bedil, Ida Bagus Rai dan
lainnya.
Ketenaran
para seniman di atas akhirnya memberikan inspirasi pada banyak seniman
barat untuk tinggal di Bali, khususnya Ubud. Pada tahun 1920-an, dua
orang seniman Eropa yang bernama Rudolf Bonnet dari Belanda dan Walter
Spies dari Jerman menorehkan sejarah baru akan tumbuhnya lukisan yang
artistik di desa-desa di Ubud. Lalu seniman Eropa tersebut
memperkenalkan teknik estetik Eropa khususnya area pencahayaan,
bayangan, perspektif dan anatomi. Semua seniman lokal menyerap
teknik-teknik baru tersebut yang cocok dengan nilai dan berdasar pada
pemahaman setempat namun tetap mengambil unsur tradisional yang dapat
memberi ciri yang unik dengan nama Ubud.
Desa
Ubud makin dikenal sebagai tempat lahirnya semua pelukis karena adanya
kerjasama antara Tjokorda Gede Agung Sukawati dan Rudolf Bonnet untuk
membetuk Pita Maha,
yang merepresentasikan tempat untuk berembug perkembangan seni dan
masalah-masalah seputar lukisan, serta pula saling bertukar pikiran dan
memperkenalkan karya seni yang mereka miliki. Baru-baru ini seorang
aktris, Julia Robert shooting film EAT, PRAY, LOVE di daerah Ubud.
Tempat yang Menarik dikunjungi
Tidak
lengkap rasanya jalan-jalan ke Ubud jika tidak mengunjungi Puri Saren
(Puri Ubud) dan pasar tradisional, karena keduanya merupakan ruh dan
ciri khas dari Ubud itu sendiri. Purinya sangat menawan dengan bangunan
tradisional yang cantik, yang terisi dengan benda-benda berestetika
tinggi. Puri ini berhawa sejuk menyegarkan dan memberi rasa tenang bagi
semua pengunjung. Beberapa maestro pelukis dari Eropa yang tinggal di
Bali antara lain: Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smith, Antonio
Blanco, Hans Snell dan lainnya. Para maestro tersebut secara tidak
langsung turut mengangkat citra pariwisata Bali melalui karya-karyanya
yang bertema budaya dan alam Bali. Ida Tjokorda Agung Sukawati
menyediakan purinya sebagai tempat tinggal bagi para tamu istimewanya
tersebut.
Perkembangan Ubud
Pada
tahun 1928 Tjampuhan Hotel didirikan, lalu pada tahun 1934 hotel ini
dibuka sebagai tempat tinggal para tamu raja dan juga dipakai sebagai
pusat kegiatan organisasi Pita Maha. Tjampuhan Hotel adalah hotel tertua
di Bali yang tetap mempertahankan style tradisional. Dalam perkembangan
selanjutnya, Ubud menjelma menjadi salah satu daerah tujuan wisata di
Kabupaten Gianyar yang memiliki cita rasa nan unik.
Pasar Tradisional Ubud
Selamat
datang di pasar tradisional Ubud, yang tidak berbeda dengan pasar lain
di perkotaan. Pasar tradisional Ubud sebagai denyut nadi ekonomi
masyarakat, berada di seberang Puri Ubud. Pasar yang membentang dari
barat ke arah timur terbagi menjadi dua bagian dengan fungsi yang
berbeda. Blok barat untuk pasar seni tradisional, buka setiap hari dari
pukul 08:00 pagi hingga pukul 06:00 sore waktu setempat, bahkan beberapa
buka sampai larut malam, lalutimur untuk barang kebutuhan sehari-hari,
yang buka dari pukul 06:00 pagi, bahkan 04:00 subuh.
Pasar Ubud sebagai Pusat Pasar Seni di Bali
Barang-barang
kerajinan yang dijual di pasar seni ini terdiri dari berbagai jenis,
dari kerajinan tradisional hingga kontemporer dengan harga yang
bersahabat. Anda bisa bertransaksi langsung dengan pedagangnya yang
harganya bisa ditawar. Anda bebas memborong di sini macam sandal, patung
kayu, tas pakaian, tikar, lukisan dan banyak lagi.
Puri Ubud / Puri Saren
Puri Saren Ubud (Puri
Ubud) adalah istana kerajaan Ubud dengan rumah-rumah tradisional Bali
nan aduhai sebagai tempat tinggal Raja Ubud. Terletak di pusat Ubud,
dibangun oleh Ida Tjokorda Putu Kandel yang memerintah pada tahun 1800 -
1823. Istana ini seolah berada di pusat kehidupan kultur nan artistik,
sementara pasar tradisional adalah simbol ekonomi masyarakat setempat.
Keberadaan Puri Saren sebagai istana dilengkapi dengan Wantilan (semacam
Pendopo), yakni bangunan luas sebagai ruang pertemuan pohon beringin
sebagai tempat bernaung di terik siang. Pasar tradisional adalah pusat
perekonomian masyarakat, yang keberadaannya selalu berbatasan dengan
puri sebagai denyut nadi seni budaya. Ini berarti bahwa kedua pertemuan
kutub menjelaskan dinamika masyarakat dan kehidupan bangsawan.
Puri Lukisan
Museum
Lukisan terletak sekitar 200 meter dari Puri Saren dan hanya terpisah
oleh lembah kecil, sehamparan dataran luas dengan pemandangan nan indah.
Terletak di tempat yang hening dan tenang di Ubud sehingga tempat ini
layak dikunjungi untuk melihat dan menikmati karya seni dari para
maestro seperti I Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Nyana, Anak Agung Gede
Sobrat, I Gusti Made Deblog, Rudolf Bonnet, Walter Spies, dan banyak
lagi.
Museum
ini diresmikan pada tahun 1956 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
waktu itu, Bapak Muhammad Yamin. Musim ini terdiri dari tiga bangunan
khusus dalam bentuk-U. Di tengah museum ini, terdapat halaman dan kolam
ikan dengan bunga teratai nan cantik. Bangunan pertama adalah tempat
untuk pameran tetap puppets dressy or puppets style painting. Bangunan
berisi lukisan I Gusti Nyoman Lempad dan penjelasan tentang keberadaan
organisasi Pita Maha. Bangunan kedua juga merupakan tempat pameran tetap
atau dari karya-karya besar para seniman tentang Balinese modern dressy
style. Bangunan ketiga digunaan sebagai gedung pameran.
Museum-museum Lukisan yang Lain
Hanya
ada satu museum lukisan di Desa Ubud, yakni Puri Lukisan. Namun di
Kecamatan Ubud hingga tahun 2003 telah dibangun 4 museum lukisan baru,
yakni: Puri Lukisan Museum, Neka Museum, Arma Museum, dan Rudana Museum.
Saya juga ikut melestarikan seni di ubud, ehheheh ini sedikit karya saya, meskipun kurang memuaskan..
hehehheheh..
hehehheheh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar